Tentang Kelom Geulis KENG | Diary Tante Elsa

Tentang Kelom Geulis KENG | Diary Tante Elsa - Hallo sahabat Tante Elsa yang aku sayangi dan aku rindukan, pembaca Diary Tante Elsa, Terimakasih sudah mampir di Diary Tante Elsa yang sederhana ini, Saat ini diary yang Tante Elsa tulis dengan judul Tentang Kelom Geulis KENG | Diary Tante Elsa, Tante Elsa sudah sengaja membuat artikel diary ini dengan maksut sebagi dokumentasi saja. Mudah-mudahan isi diary dengan label diary Tulisanku, yang Tante Elsa tulis ini dapat menjadi inspirasi buat teman-teman. Baiklah, selamat membaca, semoga bermanfaat, Jangan lupa subcribe Blog Diary Tante Elsa ya...???

Judul : Tentang Kelom Geulis KENG | Diary Tante Elsa
link : Tentang Kelom Geulis KENG | Diary Tante Elsa

Baca juga


Tentang Kelom Geulis KENG | Diary Tante Elsa


Dahulu kala, Neng Geulis Sunda mungkin identik dengan kebaya dan batik warna-warni, payung tasikmalaya dan kelom kayunya. Sayangnya kini gambaran Neng Geulis yang seperti itu tidak bisa kita jumpai lagi sehari hari. Jaman sudah berubah, kebaya digantikan oleh kaos dan jeans sebagai pakaian seharu-hari. Payung Tasikmalaya apalagi.... ia kini hanyalah sebuah hiasan interior. Bagaimana dengan Kelom Kayu nya???

Kelom kayu khas sunda ini biasa disebut dengan Kelom Geulis (sandal kayu cantik) karena memang kelomnya sedikit genit, banyak hiasan ukiran maupun cat warna warni. Konon dahulu di Bandung ada 3 pembuat Kelom Geulis yang sangat sangat terkenal karena kualitas dan designnya. Tapi kini, dari 3 tadi hanya tersisa satu saja, yaitu Kelom Geulis KENG.




Kelom Geulis KENG kini dikelola oleh generasi ketiga keluarga Keng. Meskipun tertatih-tatih bertahan hidup, Kelom Geulis KENG tetap teguh menjaga kualitas dan design yang lain daripada yang lain.

Dari workshopnya, kita pasti bisa menilai betapa KENG bertahan melawan perkembawan jaman. Rumah sederhana tempo doeloe itu tampak  terbenam karena diapit oleh bangunan-bangunan modern di sekitarnya. Bagitu masuk, kita langsung disambut oleh rak berisi kelom kelom geulis yang tertata rapi. Etalase di depannya masih tampak kokoh meskipun pasti umurnya tak muda lagi. Di sebelah kiri dipasang cermin besar, agak pembeli bisa melihat indahnya kelom saat dipakainya.

Aku dan Nona segera disambut oleh Mr Keng, sang generasi ketiga.

Awalnya agak takut, jangan jangan harganya selangit. Aku membuka pecakapan dengan sangat tololnya. "Yang paling murah, yang mana Pak?"

Beliau tersenyum dengan damainya, dan menjawab  "Di sini tidak ada yang murah... dan tidak ada yang mahal. Semuanya biasa saja...tapi kualitasnya luar biasa"

Hehehehee.... jawaban yang sangat sangat tepat. Aku pun langsung percaya diri memilih milih kelom.




Ternyata.... Kita bisa memilih sendiri padu padannya. Kita memilih sendiri style kelom kayunya...lalu memilih sendiri hiasan atasnya yang terbuat dari kulit lembu. Waaah, benar-benar dibikin bingung. Tapi sangat puas karena semuanya adalah selera kami sendiri.

Setelah mantap dengan pilihan, Mr Keng langsung mengerjakan sendiri kelomnya. Disesuaikan dengan bentuk anatomi kaki kita lho....

Hanya butuh 5 menit saja, Mr Keng sudah menyelesaikan kelom pilihan kami. Beliau benar-benar seorang maestro kelom geulis.





Ingin berlama lama memilih kelom lagi, tapi apa daya... kami tidak ingin tertinggal pesawat. Setelah membayar, kami pulang membawa sapasang kelom geulis dengan hati yang sangat sangat puas. Suatu saat, kami pasti akan kembali lagi kesana....





Demikianlah catan kecil pada Tentang Kelom Geulis KENG | Diary Tante Elsa

dan inilah yang bisa Tante Elsa sahare. sekali lagi Tentang Kelom Geulis KENG | Diary Tante Elsa berterimakasih banget sudah mau mampir ke blog ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat serta inspirasi untuk anda teman-teman semua. Baiklah, sampai jumpa di postingan Tante Elsa selanjutnya, jangan lupa sering mampir ke blog ini ya, dan jangan lupa bagiakan artikel ini ke teman-teman dan sodara. Dadah......

Anda sekarang membaca artikel Tentang Kelom Geulis KENG | Diary Tante Elsa dengan alamat link https://diarytanteelsa.blogspot.com/2012/06/tentang-kelom-geulis-keng-diary-tante.html

Komentar