Tentang (sisa kemegahan) Soerabaia Masa Lampau | Diary Tante Elsa
Tentang (sisa kemegahan) Soerabaia Masa Lampau | Diary Tante Elsa - Hallo sahabat Tante Elsa yang aku sayangi dan aku rindukan, pembaca Diary Tante Elsa, Terimakasih sudah mampir di Diary Tante Elsa yang sederhana ini, Saat ini diary yang Tante Elsa tulis dengan judul Tentang (sisa kemegahan) Soerabaia Masa Lampau | Diary Tante Elsa, Tante Elsa sudah sengaja membuat artikel diary ini dengan maksut sebagi dokumentasi saja. Mudah-mudahan isi diary dengan label
diary Tulisanku, yang Tante Elsa tulis ini dapat menjadi inspirasi buat teman-teman. Baiklah, selamat membaca, semoga bermanfaat, Jangan lupa subcribe Blog Diary Tante Elsa ya...???
Judul : Tentang (sisa kemegahan) Soerabaia Masa Lampau | Diary Tante Elsa
link : Tentang (sisa kemegahan) Soerabaia Masa Lampau | Diary Tante Elsa
Siapa yang tak kenal lagu Jembatan Merah?
Lagu keroncong yang mendayu-dayu, berkisah tentang sepasang kekasih yang terpisah. Terdengar sangat romantis ya...
Jembatan Merah dibangun pada 11 November 1743 atas perjanjian Mataran dan VOC. Dengan umur yang sudah sangat-sangat tua itu, tentu saja Jembatan Merah tidak hanya menyimpan kisah kisah romantis, tetapi juga kisah-kisah sejarah dan politik yang teramat sangat penting bagi bangsa ini. (Baca: Ledakan Granat di Jembatan Merah)
Yang paling terkenal tentu saja adalah pertempuran 10 November, dimana Arek-arek Suroboyo bertempur habis-habisan hingga berhasil menewaskan pucuk pimpinan tentara Inggris (sekutu) Brigadir Mallaby. Saking hebatnya pertempuran itu, jembatan yang aslinya tidak berwarna merah, bermandikan darah para pejuang kemerdekaan. Karena itulah Jembatan itu lebih dikenal dengan sebutan Jembatan Merah.
(coba baca juga : Mallaby Tewas gara gara anak buah sendiri )
Dilihat dari lagunya, memang benar, Jembatan Merah dipagari oleh gedung-gedung megah. Tidak semua gedung-gedung megah itu dirawat dengan baik. Beberapa gedung yang beruntung, masih dijadikan kantor-kantor penting. Lainnya bernasib kurang baik karena hanya dijadikan gudang,maklum saja... Kawasan Jembatan Merah di Surabaya termasuk segitiga emas, pusat bisnis dan pecinan.
Lalu Bagaimana kabar Jembatan Merah kini?
Alhamdulillah masih kokoh, secara teratur dicat merah oleh pemkot Surabaya.
Jembatan yang awal pembuatannya hanya dari kayu, dan mengalami pemugaran berkali-kali ini, kini setiap hari dilewati oleh ribuan manusia. Semoga jembatan ini tetap kokoh sampai kapanpun.
Mengingat pertempuran Arek Suroboyo yang sangat luar biasa, dan banyak korban tewas di Jembatan Merah, aku jadi ingin melihat makam para pejuang. Tapi dimana-mana makam pahlawan bentuknya sama saja. Lebih asyik jika jalan-jalan mengenang kemegahan kota tua Surabaya berlanjut ke Taman Makam Belanda di kawasan Peneleh.
Dibangun pada tahun 1814 dengan luas sekitar 5,4 hektar. Nama resminya adalah De Begraafplaats Peneleh Soerabaja.
Makam ini ditengarai sebagai makam modern tetua di Indonesia dan bahkan di beberapa negara tetangga. Mari kita bandingkan dengan Ford Canning Park di Singapore 1826, Gore Hill Cemetery Sidney 1868, Mount Auburn Cemetery Cambridge 1831, dan Arlington National Cemetery Wasington DC 1864. Tampaknya Makam Peneleh hanya kalah tua oleh Pere La Chaise Cemetery Paris yang dibangun tahun 1804.
(baca: Menyusuri Jejak Masa Lalu )
Membayangkan makam ini pada masanya dulu, pastilah sebuah taman makam yang sangat indah dan megah. Bangunan-bangunan makam yang sudah berusia hampir 200 tahun itu kini masih juga menyisakan guratan guratan kemegahannya. Jika dilihat lebih teliti, makam ini sangat tertata dengan baik. Bahkan setiap makam ada nomor urutnya. Sayang sekali, nomor urut yang terletak di bagian bawah itu banyak yang hilang/ copot.
Gedung berpilar itu, menyimpan banyak sekali cerita. Coba datang sendiri kesana, dan tanyakan kisahnya pada penjaga makam. Hehehee.. sengaja membuat panasaran saja.
Perhatikan pula nisan-nisan indah di kompleks makam ini. Aku suka membaca tulisan tulisan disana. Hampir semuanya bertuliskan bahasa Belanda, itu artinya pemilik makam adalah warga Belanda. Tapi ada satu atau dua makam yang bertuliskan huruf cina.
Ukiran-ukiran yang terdapat pada nisan makam juga sangat luar biasa indah. Seperti ornamen kupu-kupu... juga gambar tengkorak...
Sayangnya... lagi-lagi kisah klasik situs situs bersejarah di Indonesia, Makam Peneleh ini kondisinya sangat sangat memprihatinkan. Lokasi makam yang seharusnya bersih, kini dijadikan tempat bernaung bagi tunawisma. Banyak dari mereka yang tinggal di kompleks makam ini dengan mendirikan rumah-rumah kardus. Ada pemandangan jemuran baju di satu sisi... sementara di sisi lainya, puluhan kambing dan ayam dengan tenangnya merumput.
Anda sekarang membaca artikel Tentang (sisa kemegahan) Soerabaia Masa Lampau | Diary Tante Elsa dengan alamat link https://diarytanteelsa.blogspot.com/2012/03/tentang-sisa-kemegahan-soerabaia-masa.html
Judul : Tentang (sisa kemegahan) Soerabaia Masa Lampau | Diary Tante Elsa
link : Tentang (sisa kemegahan) Soerabaia Masa Lampau | Diary Tante Elsa
Tentang (sisa kemegahan) Soerabaia Masa Lampau | Diary Tante Elsa
Siapa yang tak kenal lagu Jembatan Merah?
Lagu keroncong yang mendayu-dayu, berkisah tentang sepasang kekasih yang terpisah. Terdengar sangat romantis ya...
Jembatan Merah dibangun pada 11 November 1743 atas perjanjian Mataran dan VOC. Dengan umur yang sudah sangat-sangat tua itu, tentu saja Jembatan Merah tidak hanya menyimpan kisah kisah romantis, tetapi juga kisah-kisah sejarah dan politik yang teramat sangat penting bagi bangsa ini. (Baca: Ledakan Granat di Jembatan Merah)
Yang paling terkenal tentu saja adalah pertempuran 10 November, dimana Arek-arek Suroboyo bertempur habis-habisan hingga berhasil menewaskan pucuk pimpinan tentara Inggris (sekutu) Brigadir Mallaby. Saking hebatnya pertempuran itu, jembatan yang aslinya tidak berwarna merah, bermandikan darah para pejuang kemerdekaan. Karena itulah Jembatan itu lebih dikenal dengan sebutan Jembatan Merah.
(coba baca juga : Mallaby Tewas gara gara anak buah sendiri )
Dilihat dari lagunya, memang benar, Jembatan Merah dipagari oleh gedung-gedung megah. Tidak semua gedung-gedung megah itu dirawat dengan baik. Beberapa gedung yang beruntung, masih dijadikan kantor-kantor penting. Lainnya bernasib kurang baik karena hanya dijadikan gudang,maklum saja... Kawasan Jembatan Merah di Surabaya termasuk segitiga emas, pusat bisnis dan pecinan.
Lalu Bagaimana kabar Jembatan Merah kini?
Alhamdulillah masih kokoh, secara teratur dicat merah oleh pemkot Surabaya.
Jembatan yang awal pembuatannya hanya dari kayu, dan mengalami pemugaran berkali-kali ini, kini setiap hari dilewati oleh ribuan manusia. Semoga jembatan ini tetap kokoh sampai kapanpun.
Mengingat pertempuran Arek Suroboyo yang sangat luar biasa, dan banyak korban tewas di Jembatan Merah, aku jadi ingin melihat makam para pejuang. Tapi dimana-mana makam pahlawan bentuknya sama saja. Lebih asyik jika jalan-jalan mengenang kemegahan kota tua Surabaya berlanjut ke Taman Makam Belanda di kawasan Peneleh.
Dibangun pada tahun 1814 dengan luas sekitar 5,4 hektar. Nama resminya adalah De Begraafplaats Peneleh Soerabaja.
Makam ini ditengarai sebagai makam modern tetua di Indonesia dan bahkan di beberapa negara tetangga. Mari kita bandingkan dengan Ford Canning Park di Singapore 1826, Gore Hill Cemetery Sidney 1868, Mount Auburn Cemetery Cambridge 1831, dan Arlington National Cemetery Wasington DC 1864. Tampaknya Makam Peneleh hanya kalah tua oleh Pere La Chaise Cemetery Paris yang dibangun tahun 1804.
(baca: Menyusuri Jejak Masa Lalu )
Membayangkan makam ini pada masanya dulu, pastilah sebuah taman makam yang sangat indah dan megah. Bangunan-bangunan makam yang sudah berusia hampir 200 tahun itu kini masih juga menyisakan guratan guratan kemegahannya. Jika dilihat lebih teliti, makam ini sangat tertata dengan baik. Bahkan setiap makam ada nomor urutnya. Sayang sekali, nomor urut yang terletak di bagian bawah itu banyak yang hilang/ copot.
Gedung berpilar itu, menyimpan banyak sekali cerita. Coba datang sendiri kesana, dan tanyakan kisahnya pada penjaga makam. Hehehee.. sengaja membuat panasaran saja.
Perhatikan pula nisan-nisan indah di kompleks makam ini. Aku suka membaca tulisan tulisan disana. Hampir semuanya bertuliskan bahasa Belanda, itu artinya pemilik makam adalah warga Belanda. Tapi ada satu atau dua makam yang bertuliskan huruf cina.
Ukiran-ukiran yang terdapat pada nisan makam juga sangat luar biasa indah. Seperti ornamen kupu-kupu... juga gambar tengkorak...
Satu nisan yang membuatku sangat penasaran. Tulisan latin Amavimus Amamus Amarimus di nisan ini terlihat merdu sekali kan? Sepulang dari makam, aku segera mencari artinya di internet. Tapi yang kutemukan adalah satu keganjalan. Coba lihat disini. Apakah menurut teman-teman, keluarga mendiang Charles Dallas Halliburton ini salah tulis???
Tapi dari sekian banyak nisan.... ini yang paling kusuka.
Coba lihat foto dibawah ini. Mengingatkanku pada sebuah karangan bunga. Indah sekali kan???
Sayangnya... lagi-lagi kisah klasik situs situs bersejarah di Indonesia, Makam Peneleh ini kondisinya sangat sangat memprihatinkan. Lokasi makam yang seharusnya bersih, kini dijadikan tempat bernaung bagi tunawisma. Banyak dari mereka yang tinggal di kompleks makam ini dengan mendirikan rumah-rumah kardus. Ada pemandangan jemuran baju di satu sisi... sementara di sisi lainya, puluhan kambing dan ayam dengan tenangnya merumput.
Kondisi beberapa makam malah lebih mengenaskan. Ada yang menjadi korban pencurian, namun ada pula yang "dirusak" oleh ahli warisnya sendiri. Maklum saja, orang-orang Belanda tidaklah nyaman berziarah ke makam nenek moyangnya jika makamnya kumuh dan pesing. Maka beberapa dari mereka memilih untuk mengambil tulang belulang nenek moyangnya, dan memboyongnya ke negeri asalnya.
Coba lihat ketiga patung malaikat ini...kasihan sekali mereka.... kehilangan kepala.
Tapi ada angin segar berhembus... sedikit melegakan, meskipun sudah isu lama.
Tahun 2008 Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya diberitakan sedang menggodok rencana revitalisasi makam ini agar menjadi tujuan wisata historis.DKP berharap PBB dan Pemerintah Belanda mendukung rencana tersebut.
Dahulu memang Pemerintah Belanda rutin mengirimkan bantuan dana untuk perawatan makam. Tapi beberapa tahun terakhir bantuan itu dihentikan. hhm... Kita lihat saja bagaimana hasilnya.
A Big Thanks to Adik-adikku: Nona dan Dara
yang sudah membantuku berburu foto Jembatan Merah dan Makam Peneleh.
“Tulisan ini diikutkan pada Giveaway Pertama di Kisahku bersama Kakakin “
Demikianlah catan kecil pada Tentang (sisa kemegahan) Soerabaia Masa Lampau | Diary Tante Elsa
dan inilah yang bisa Tante Elsa sahare. sekali lagi Tentang (sisa kemegahan) Soerabaia Masa Lampau | Diary Tante Elsa berterimakasih banget sudah mau mampir ke blog ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat serta inspirasi untuk anda teman-teman semua. Baiklah, sampai jumpa di postingan Tante Elsa selanjutnya, jangan lupa sering mampir ke blog ini ya, dan jangan lupa bagiakan artikel ini ke teman-teman dan sodara. Dadah......
Anda sekarang membaca artikel Tentang (sisa kemegahan) Soerabaia Masa Lampau | Diary Tante Elsa dengan alamat link https://diarytanteelsa.blogspot.com/2012/03/tentang-sisa-kemegahan-soerabaia-masa.html
Komentar
Posting Komentar